Bruuuk..
aku membanting pintu sangat kencang..
hari ini aku sangat kesal, pikiranku semua seakan bertumpuk di kepala..
ingin rasanya pergi dari bumi, seakan tak henti-henti nya masalah datang pada ku.
masih terekam jelas perkataan nya tadi..
“Kita putus!”, kata Ferdy.
“Baik, kalau itu mau kamu”, kataku.
Aku hanya ingin dia mengerti, aku hanya ingin dia memberikan waktu nya sedikit untuk ku. Tapi seolah dia menutup mata dan telinganya, tak peduli akan diriku.
Mungkin ada yang lain di hatinya, yang sudah menggantikan diriku dihatinya.
Sekarang aku hanya bisa menangis, meratapi semua nya. Semua kenangan bersamanya bermunculan kembali, seperti roll film yang tak henti-henti nya memutarkan semua kisah ku dengan nya..
Entah sudah berapa banyak tisu yang aku habiskan untuk mengusap air mata ku. Aku hanya ingin terus menangis, berharap air mata dapat menghilangkan semua sakit di hatiku.
Teringat jelas bagaimana pertama kali kita jadian. Hari itu hujan rintik-rintik, Ferdy begitu perhatian. Dia mengantar aku pulang sampai depan rumah. Di perjalanan, dia menggandeng tanganku, dan tiba-tiba dia bilang..
“Han, aku sayang kamu”, kata Ferdy.
Hati aku seolah berdetak begitu kencang, saat yang sudah aku lama nantikan akhirnya datang. Jujur sudah lama sekali aku suka sama Ferdy. Saat itu juga aku melihat wajah nya dan berkata,
“Kamu serius sayang sama aku?”, kataku.
“Iya, aku mau kamu jadi milik aku”, kata Ferdy.
Sunyi, aku diam saja sambil terus berjalan. Ditemani hujan rintik-rintik. Ferdy tidak memaksa aku untuk menjawab pertanyaan nya sekarang juga.
Sampai tiba di depan rumah ku,
“Aku juga sayang kamu”, kataku sambil tersenyum.
“Terimakasih”, ucap Ferdy.
Ferdy langsung berpamitan pulang, akupun langsung berjingkrak-jingkrakan di kamar. Aku begitu bahagia, Hari yang tak pernah aku lupakan.
Tapi sekarang, semua hanya kenangan pahit yang aku rasakan. Ferdy berubah, dia bukan Ferdy yang aku kenal dulu. Waktu tiga tahun tidak membuatnya semakin mencintaiku, tetapi semakin pudar. Waktu nya tidak lagi untuk ku, tidak seperti saat kami berkuliah dulu. seolah kami tak terpisahkan, selalu bersama. Sekarang saat kami sibuk dengan pekerjaan kita masing-masing dia semakin jarang menemuiku, sibuk alasan dia saat itu. Tapi aku tidak tahu alasan yang sebenarnya dia meninggalkan aku..
Hari semakin larut, air mata rasanya sudah akan mengering. Aku tertidur pulas..
Kriiiiiiiiing...
Suara telepon membangunkan tidurku, rasanya malas sekali untuk bangun. Mata masih tidak mau terbuka. Tangan ku sibuk mencari telepon yang ada di samping tempat tidurku.
“Halo..”, kata ku mengangkat telepon.
“Han, kamu ga masuk kerja?”, kata suara di sebrang sana.
“Ini siapa?”, kataku.
“Ini aku, Viola. sudah jam 9 kamu belum juga datang ke kantor, kamu sakit?”, kata Viola.
“Iya Vi, kepala aku pusing banget semalaman aku tidak bisa tidur, aku mau istirahat seharian di rumah”, kataku.
“Ya sudah, kamu istirahat saja, biar aku yang izinin kamu sakit”, kata Viola.
“Terimakasih Vi”, kataku sambil mengakhiri pembicaraan.
Aku berjalan menuju ke kamar mandi, mencoba menghilangkan pusing dengan merendam seluruh tubuhku. Lama sekali aku merendamkan diri, tiba-tiba air mataku menetes. Aku teringat kembali kejadian kemarin, seolah tak ada lagi tenaga tersisa aku mengakhiri mandi ku dan segera menuju dapur. Mencari makanan yang mungkin masih ada, tapi nihil. Tak ada makanan yang tersisa di lemari es. Aku berniat untuk keluar ke supermarket untuk membeli makanan, mungkin aku juga perlu berjalan-jalan sebentar keluar.
Sesampainya di supermarket..
Mungkin dengan berjalan-jalan sendiri dapat menbuatku menenangkan pikiran, tapi tak lama aku berjalan-jalan mataku langsung melihat pemandangan yang langsung membuatku menghentikan langkah..
“Ferdy”, kataku kaget melihat dia menggandeng seorang wanita.
“Hani?!”, kata Ferdy kaget.
“Jadi dia?”, kataku sambil meneteskan air mata.
Aku tidak menduga jika harus melihat pemandangan ini, hati aku seakan tak bisa menerima semuanya. Fardy begitu mudah mendapat pengganti diriku, wanita yang aku akui begitu cantik. Aku tidak dapat menyembunyikan kekecewaanku.
“Maaf Han, aku tidak berkmaksud..”, kata Ferdy sambil melepaskan gandengan tangannya dengan wanita itu.
“Aku sungguh tidak mengerti, jadi ini alasan kamu untuk meninggalkan aku?”, kataku memotong perkataannya.
“Dia siapa sayang?”, kata wanita itu sambil melihat ke arahku.
“Mantan aku”, kata Ferdy.
Saat itu juga aku langsung meninggalkan mereka.
Diperjalanan pulang tak hentinya aku menangis, semua sudah jelas. Ferdy meninggalkan aku karena sudah ada wanita lain yang mengisi hatinya, saat dia masih menjadi pacarku.
Ada sms di ponselku, sms itu begitu singkat..
“Maafkan aku”, sms dari Ferdy..
Satu tahun kemudian..
“Han, ini proposal harus kamu selesaikan minggu ini', kata Kepala Direktur padaku.
“Baik Pak”, kataku sambil mengambil tumpukan proposal yang diberikan Pak Direktur.
Semua hari ku terkuras di pekerjaannku, mungkin dengan ini aku bisa melupakan sakit hatiku. Melupakan kenangan pahit, menghilangkan traumaku akan lelaki..
Mungkin aku akan terus sendiri dulu sampai sakit hati aku benar-benar bisa hilang. Aku tidak ingin buru-buru membuka hati pada laki-laki walau banyak sekali yang mencoba untuk dekat denganku. Aku tidak ingin mereka hanya menjadi pelarian sakit hatiku. Suatu saat nanti mungkin aku akan membuka diri dan melihat indahnya dunia jika aku merasakan jatuh cinta..